Minggu, 09 September 2012

Senja Telah Menantiku


Cerpen

Senja telah menantiku

          Ayah, begitu mahalkah kasih sayang mu kepadaku, sehingga aku harus membayar dengan nyawaku. Sudah ku relakan seluruh kesabaran demi ambisimu untuk menikah lagi. Aku meredam amarah, menyembunyikan kebencian, memasang senyum lebar atas pernikahanmu, ayah. Walau pun diriku kau kurung dalam sangkar saat pesta pernikahan, diriku tidak tuli untuk mendengarkan syair-syair pernikahan. Ingatkah kau bahwa dinding memiliki perasaan dan penglihatan  yang tajam.
          Kini kau berbulan madu, memberikan segala perhatian untuk istri baru mu. Setiap kali kita berpandangan, seketika itu kau palingkan wajah untuk istrimu. Kau tersenyum manis dan kau kecup keningnya. Setiap pagi kau antar dia kemanapun dia suka, menuruti segala yang dia minta, dan memberikan semua yang kau punya.
          Setelah kau acuhkan aku, kau hancurkan senyumku, merusak kehangatan kasih sayangku dan melenyapkan perhatianmu kepadaku. Kini kau berani membentakku demi istrimu, tanpa kau tahu siapa yang menjadi tersangka dalam pertengkaran. Pertama kali ku melihat mata belalak merahmu, luapan amarahmu, dan kurasakan perkataan kotormu.
Tak akan kau sadari, aku belum pantas kau perlakukan seperti itu. aku masih butuh kasih sayangmu, perhatianmu, belaian tulusmu serta kau bimbing aku dalam segala tingkah lakuku. Ayah, aku belum bisa mencuci pakaian, menyiapkan makan bahkan menyetrika baju sendiri. Apa kau lupa usiaku 9 tahun.
“ayah, aku tidak bisa menyetrika. Ayah mau tidak menyetrikakan seragam sekolahku?”
“ayah masih kerepotan mencuci sepeda motor, biasanya kan minta bantuan sama budhe. Udah besar kok belum bisa menyetrika sendiri, dasar anak manja…!”
“budhekan pulang kampong, karena pakdhe sakit. Ayah sih tidak mau menjenguk dan mengantarkan budhe pulang.”
“anak kurang ajar, dibilangin sama orang tua kok nglawan…!”
“ayah jahat, aku benci ayah.”
Seketika tangan ayah mau melintas di pipiku, aku terdiam dan menggigil ketakutan. Aku berlari ke kebun belakang rumah, disana senja telah menantiku dengan setia. Ku curahkan semua kepedihanku. Kuteriakkan sekeras mungkin kepada senja bahwa hatiku tersakiti karena ayah. Ayah mau menamparku, aku tidak menyangka ayah akan berbuat seperti itu.
Ibu kenapa kau pergi sendiri, tidak inginkah kau membawaku bersamamu. Rindukah kau disana, khawatirkah kau pada ku, ibu. Aku ingin bertemu ibu. Untuk menghilangkan semua kerinduanku, aku mengelilingi seluruh perkebunan milik ayah.
Di kebun ini aku menanam biji cabai, tomat, ketimun, dan jenis sayuran yang lain bersama ibu dan ayah. Walau aku tidak bisa, setidaknya aku menemani mereka di sore hari dimana senja mau menemani keluargaku dengan cahaya yang hangat. Sehangat cinta kasih mereka kepadaku. Saat itu juga saya senang dengan senja hari. Ibu pernah mengatakan kepadaku jika dia pergi yang akan mewarnai hidupku adalah senja.
Fajar telah membangunkanku dari mimpi indahku bersama ibu. Senyum lebar terhias dibibirku untuk memulai menghirup udara kebahagiaan. Kusiapkan semua perlengkapan sekolahku, dari mengerjakan PR, membawa peralatan alat tulis, buku, seragam dan sarapan pagi untuk ayah dan ibu baruku. Setelah mereka siap untuk sarapan, ku tampakkan senyum terbaikku. Tapi, mereka tidak memperdulikanku, justru mereka memuntahkan makan di hadapanku.
“tempe apa ini, masih mentah dan tidak ada rasanya lagi, bisa masak tidak…!”
“mas, jangan marah sama anak sendiri. Ingat mas, dia masih kecil. Wajar kalau masih belajar memasak.”
“umur 9 tahun masih belajar memasak. Apa tidak salah…!!!”
“udah mas, aku masakan telur saja ya…,”
Terdiam, ku tahan air mataku biar tidak tumpah dihadapan mereka. Bergegas ku habiskan makanan didepanku. Setiap hari aku berjalan menelusuri semak-semak untuk menuju ke sekolah. Disepanjang jalan aku menangis. Tidak ada teman yang menenangkan hatiku. Temanku berlalu melewatiku.
Aku tak punya teman di sekolah maupun di rumah, aku selalu menyendiri di sudut perpustakan. Membaca buku cerita dan buku pelajaran justru tidak pernah ku lupakan. Yang membuat hatiku ceria, bisa membaca cerita putri salju dan tujuh kurcaci yang menjadi sahabatnya.
Kisah hidupku tidak jauh beda dengan putri salju, memiliki ibu tiri yang kejam dan menginginkan dia pergi dikehidupannya. Disegala penderitaan putri salju, masih  tetap bersabar. Bahkan dia dipertemukan dengan tujuh kurcaci yang menjadi sahabat terbaiknya. Ketika maut menerpa dirinya, tujuh kurcaci takut untuk kehilangan dirinya, bahkan sang pangeran tampan memberikan cinta suci untuk mengembalikan kehidupan putri salju. Akhirnya, mereka bahagia selamanya dalam menjalani hidup ini.
Apa ada kebahagiaan seperti itu untuk diriku? Semua itu ada di nengri dongeng, tidak untuk kehidupan nyata seperti ini. Aku yakin kebahagiaan itu akan menghampiriku, entah kapan waktu itu menghampiriku. Aku hanya bisa terdiam untuk menghadapi kemarahan orang tuaku.
Waktu semakin membesarkanku, aku semakin bisa melawan apa yang ku anggap benar, semakin berani untuk berkata kepada ayah maupun ibu tiriku. Semakin dewasa diriku untuk mengambil sikap yang membuatku semakin jelek dihadapan saudara-saudaraku. Dari pernikahan baru ayah, telah melahirkan seorang anak lelaki yang amat disayanginya. Semakin jauhlah ayah dariku. Keadilan tidak berpihak kepadaku, justru pelemparan kesalahan yang kuterima setiap hari.
Ayah sangat mendambakan seorang anak laki-laki, dia merasa anak laki-laki sangat berkuasa dimanapun dia akan menginjakkan kaki di bumi. Mungkin dari sini, pemicu perceraian  antara ayah dengan ibu kandungku. Tak sengaja ku lihat pertengkaran mereka dan ku dengar bahwa ibu tidak akan bisa mengandung lagi karna rahimnya harus diangkat. Mungkinkah alasan ini juga ayah sangat membenciku.
Ku habiskan seharian ini untuk bersama senja, ku pandangi penuh perasaan, ku utarakan bahwa aku akan menjadi sahabat sejatinya selalu. Senjaku, sinar kehangatanmu membuatku semakin rindu kelimpahan kasih sayang dari keluarga kecilku dulu. Senja masih sudikah kau menantiku disetiap harimu dengan ketulusanmu.


Faul hulwah
Selasa, 21 februari 2012
00:34 WIB


Sabtu, 01 September 2012

Open Recruitment Anggota Muda HMJ KPI Tahun 2012


Kepada Mahasiswa Baru Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, segera dibuka Pendaftaran Anggota Muda HMJ KPI tahun 2012.
Waktu Pendaftaran : 5-20 September 2012
Test Interview         : 21 September 2012
Pengumuman          : 24 September 2012
Perkemahan            : 28 - 30 September 2012

Formulir pendaftaran dapat di Download Di Sini