IDA, GADIS MANIS YANG DI IDAMKAN....
Cerahnya sang surya
seakan terasa gelap kala itu, ramainya suara canda dan tawa santri-santripun
seakan terasa hampa olehnya. Kemegahan bangunan itu seketika berubah menjadi
sebuah ruangan sempit, berdindingkan jeruji besi yang berbaris rapi dan
terkunci rapat, dan menyeramkan serta dijaga oleh beberapa orang yang berbadan tegap, bermuka
judes dan mengerikan
bagi setiap santri baru yang melihatnya.
Imam, seorang anak
manja dan terbiasa hidup serba berkecukupan. Dipaksa ayahnya untuk belajar
mandiri dan harus pisah dari orang tua serta jauh dari semua kemewahan yang
selama ini melingkari kesehariannya.
Darunnajat, itulah pondok pesantren modern
yang menjadi pilihan ayah imam untuk mendidiknya supaya bisa lebih mandiri.
Pondok pesantren yang modern tersebut menampung ribuan santri putra dan
putri lebih mengutamakan kelancaran berbahasa para santri-santrinya. Setiap
hari santri disitu harus bercakap dengan bahasa arab dan bahasa inggris. 2 minggu hidup dipondok, imam belum
bisa menguasai situasi disitu hingga akhirnya, pada suatu hari imam keceplosan
bercakap dengan temannya dengan bahasa jawa, dan itu menjadi awal semangat dia
untuk belajar ke 2 bahasa itu setelah dia mendapat beberapa pukulan dari para
al-gojo pondok itu.
Bulan demi bulan, tahun demi
tahunpun dijalani oleh imam dengan kesungguhannya, sampai suatu ketika dia
menemukan tambatan hatinya dipondok itu, namun belum sempat dia mengungkapkan
perasaannya itu,,,,,,,,,,,,,,, ida, gadis manis yang diidamkan imam itu menikah
dengan salah satu ustadnya sendiri. Sakit hati yang begitu pedih dirasakan oleh
imam, malang sekali dia, cintanya harus kandas
sebelum waktunya, tentu bukan hanya sakit yang dia rasa, namun penyesalan hati
yang dalam karena tak sempat mengungkapkan rasa cintanya, ya, sayang. Cintanya
memang sangat malang. Hingga dia pun memutuskan lari dari daerahnya
dan melanjutkan sekolahnya diluar kota. Dia berharap pula tentang ida akan tertinggal dan berharap diluar sana
akan ada ida-ida yang lain yang bisa dicintainya dan mencintia dia.
Imam Munawar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar