Pantai Derita
Ku ukir namamu disini, agar ia lenyap dalam lautan
Hingga mentari redup aku tetap
disini menikmati semilirnya angin dan deburan ombak yang kian menjurat jauh.
Beginilah hari-hari yang terus aku jalani. Hidup tanpa cintanya membuat diriku
merasa hampa.
“Zahra” demikian wanita itu
memanggilku, wanita setengah baya seumuran dengan Ibuku yang ada di seberang.
Bahkan ia sudah aku anggap seperti Ibu kandungku sendiri. “Iya Bu, ada apa ibu
memanggil Zahra?” Tanyaku setengah menunduk karena aku sangat menghormati
wanita itu. “Ibu cuma pengen mengajakmu ke rumahnya bu Etik, hari ini kamu
libur kan Zahra?”, kemudian aku pun mengangguk dan menjawab pertanyaan wanita
itu, “iya Bu, kalau begitu Zahra ganti baju dulu”. Wanita itu memang baik, aku
mengenalinya ketika aku berada di kota ini. Ketika aku menemukan dompet
miliknya yang kemudian wanita itu berterimakasih denganku dan akhirnya wanita
itu mengajakku untuk tinggal bersamanya. Di tempat itulah awal pertemuanku
dengan dia, seorang cowok yang selisih umurnya 3 tahun lebih tua dariku. Ray,
nama cowok yang saat itu telah menyemprotku dengan air hingga membuatku marah
dan mengecap dia dengan sebutan “cowok stres”. Karena ia memang sengaja
melakukannya dikiranya aku Renata sahabatnya yang dari Amrik yang pada hari itu
ultah. Kemudian ia minta maaf tapi aku tak mempedulikannya bahkan aku tak akan
memaafkannya.
Hari telah berganti hingga januari
kembali datang, waktu memang terlalu cepat bergulir. Tak terasa setahun sudah
aku hidup di kota ini. Kota harapan mimpi-mimpiku yang telah hilang. Kekasih
yang aku nantikan tak kunjung datang menjemputku. Padahal di kota ini tempat ia
dilahirkan, sebenarnya cowok rese bernama Roy itu berulang kali menyatakan
perasaan cintanya kepadaku. Emang bener kata pepatah jawa, tresno jalaran
soko kulino tapi lain halnya denganku, aku hanya menganggap Roy sebagai
kakakku sendiri karena aku sama sekali nggak punya perasaan apa-apa pada dia.
Satu rasa, satu cinta dan satu hati hanya untuk dia seorang, Kent temen
sekampus yang pernah menjadi kekasihku. Setahun aku menantinya di kota ini
hingga ku korbankan kuliahku hanya untuk sebuah mimpi itu, mimpiku untuk
memilikinya lagi dan mimpinya untukku. Kent seorang cowok yang dewasa meski
selisih umur kita tidak terlalu jauh. Cowok yang ramah dan bertanggung jawab
serta tidak banyak bicara. Tapi entah ada apa tiba-tiba ia berubah menjadi
blagu dan sombong! Sikapnya yang tak lagi ramah dan ucapan-ucapan yang ia
keluarkan juga kotor. Hingga akhirnya kita putus gara-gara perbedaan pendapat
meski kami tidak beda aliran. Aliran dia sepihak dengan pemikiranku namun
antara pilihanku dengan pilihannya saling bermusuhan hingga kita terbawa dalam
permusuhan itu. Kami adalah korban dari perbedaan tapi tidak aku pungkiri bahwa
diam-diam aku juga berpihak pada alirannya dari pada komunitasku sendiri. Tapi
aku hanya berdiam diri karena aku pun sudah berjanji pada diriku sendiri bahwa
aku tidak akan pernah menghianati sesuatu yang telah aku pilih.
***
Di pantai ini aku kembali mengadu,
menangisi atas luka-luka nestapa. Penantianku hanyalah sia-sia belaka, sampai
kapan pun dia tak kan pernah mengerti bahwa aku mencintainya dengan tulus. Rasa
ini masih sama seperti dulu, mengalir indah bersama mimpi-mimpiku. Dan
hayalanku hidup bersamanya yang kemudian kita bisa membangun mahligai indah
karena cinta. Tapi impian-impian itu telah hancur, dan kini hatiku telah layu
laksana kilatan petir telah menyambar diriku. Hingga semua sirna dan tenggelap
ketika senja datang. Kenyataan ini begitu pahit. Kent cowok yang telah lama aku
nanti kini telah punyai kekasih baru. Berita itu aku dapatan dari temanku yang
ada di seberang. Mungkin saatnya aku harus membuka pintu hatiku untuk yang lain
dan membuka mataku lebar bahwa dia bukan lagi untukku. Rey, mungkin dialah
pelipur lara. Semenjak itu aku mulai menerima kenyataan bahwa sebenarnya cinta
itu tidak buta tapi memahami. Aku mulai mencintai Rey hampir 12 jam Rey selalu
ada untukku. Hari-hariku kini seakan kembali ceria seperti dulu meski aku merasa
lebih bahagia bersama Kent dari pada bersama Rey. Meskipun demikian aku tetap bahagia dengan
sikap Rey yang selalu mendahulukan diriku dari pada dirinya sendiri. Status
kita hanya teman karena aku belum menjawab perasaan yang 8 bulan lalu ia
ungkapkan padaku. Hingga beberapa bulan kemudian rasa ini mulai tumbuh dengan
indah. Dia mampu meluluhlantahkan diriku dengan perhatiaanya dan sikapnya
memanjakanku. Aku suka cara dia menyikapiku saat aku marah,aku suka cara dia
menegurku kala aku salah. Tapi lagi-lagi aku gagal dan kecewa pada Rey. Tanpa
aku ketahui selama ini Rey adalah kakak kandungnya Kent. Kent kembali datang
dalam hidupku hingga aku merasakan kebimbangan. Mana yang harus aku pilih? Rey
atau Kent? Rey adalah cowok yang hadir disaat aku membutuhkan hangatnya kasih
sayang sementara Kent adalah cowok yang aku nanti hingga aku korbankan
semuanya. Sejujurnya aku masih mencintai Kent tapi apa jadinya jika aku
memilihnya? Rey adalah kakak kandung dari mantan pacarku Kent, Kent adalah
teman sefakultasku. Apa jadinya jika aku memilih Rey? Dan apa jadinya jika aku
menuruti egoku untuk memilih Kent?
Hingga akhirnya aku tuliskan surat untuk Rey sebelum aku pergi dari kota
ini;
Tentang cinta
yang kau ucap dan kehidupan akan menjadi kelabu jika aku memilihmu. Satu kata
maaf cukup menjelaskan seluruh perasaan yang aku miliki. Aku mencoba berpegang
teguh pada prinsip yang telah aku tulis dalam buku harianku.
Aku akan pergi dari
kehidupan mereka. Aku juga akan pergi
dari kota ini dan aku akan pergi dari kota kenanganku bersama Kent. Aku akan
pergi jauh dari kehidupan mereka. Mereka terlalu berharga untukku hingga aku
tak mampu menyakiti mereka. Aku sayang mereka dan inilah caraku menyayangi
mereka. Sampai kapanpun aku tak akan pernah melupakanmu Kent. Cintaku selamanya
hanya untukmu, dan perlu kau tau aku selalu datang ketika mentari mulai tenggelam.
Ku ukir namamu di atas pantai ini yang kemudian namamu akan tersapu oleh
deburan ombak. Itulah harapanku Kent, harapan bisa melupakanmu dan menghapus
segala tentangmu dari hatiku.
SELESAI
By: Alia Fioni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar